Asal usul kehidupan
hingga kini masih menjadi misteri. Banyak teori dan kepercayaan
berkembang di masyarakat mengenai bagaimana kehidupan di bumi ini
terbentuk. Para agamais percaya dengan teori penciptaan sedangkan
sebagian saintis berusaha membuktikan kepercayaan tersebut ke dalam
sesuatu yang nyata melalui penelitian-penelitian ilmiah. Namun terlepas
dari itu semua, perkembangan teori bagaimana asal muasal terjadinya
kehidupan ini menarik untuk kita ketahui. Berikut ini 2 teori asal usul kehidupan yang sempat menyeruak di kalangan masyarakat dahulu.
Francesco Redi (1626-1697) yang merupakan ahli Biologi dari Italia, membuktikan ketidakbenaran teori yang menyatakan kehidupan berasal dari benda mati. Pembuktian ini dilakukan dengan meletakan 3 kerat daging ke dalam 3 buah toples kaca dengan perlakuan berbeda. Toples kaca pertama diisi sekerat daging, lalu ditutup menggunakan penutup yang sangat rapat, toples ke dua ditutup menggunakan kain kasa, sedangkan toples ke dibiarkan tetap terbuka.
Setelah beberapa hari, perbedaan dari ke tiga toples tersebut sangat tampak. Dalam toples pertama tidak terdapat lalat atau belatung, toples ke dua terdapat belatung pada jaring kain kasa, tapi tidak ada belatung atau lalat pada daging, sedangkan dalam toples ke tiga, lalat dan belatung mengerubuti daging yang membusuk. Dari percobaan ini, Redi menarik kesimpulan bahwa
belatung dan lalat tidak mungkin sekonyong-konyong terbentuk dari daging yang membusuk saja, tetapi berasal dari telur lalat yang tertinggal pada daging dan kain kasa saat lalat hinggap. Dengan percobaan itu pula Redi menyatakan bahwa telur merupakan asal usul kehidupan (comne vivum ex ovo).
Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani, dan Pasteur itulah teori asal usul kehidupan berasal dari kehidupan (biogenesis) mulai berkembang, seiring dengan itu pula teori abiogenesis pun mulai ditinggalkan. Lebih lanjut, perkembangan tentang teori asal usul kehidupan juga diteliti melalui cabang ilmu alam lainnya seperti kimia
Sebelum masa pencerahan abad 17 (aufklarung), sebagian orang
percaya bahwa kehidupan berawal dari benda mati. Anggapan ini sangat
ekstrim dan terlalu dini bagi masa di kala teknologi masih belum banyak
berkembang. Anggapan ini menyebutkan hal-hal yang substantif meski tanpa
dasar dan tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat, misalnya kecebong
(buruy) yang berasal dari lumpur, bangkai yang merupakan asal kehidupan
belatung, atau gandum yang dapat langsung berubah menjadi tikus.
Anggapan yang didukung pula oleh Aristoteles ini kemudian terbukti tidak
benar setelah berbagai penelitian ilmiah dilakukan untuk mengetahui asal usul kehidupan.
Asal Usul Kehidupan Menurut Teori Biogenesis
Pasca aufklarung, pembuktian teori abiogenesis banyak dilakukan. Para ahli berlomba-lomba membuktikan kebenaran teori abiogenesis meski selalu menemui jalan buntu. Pembuktian itu dilakukan oleh sedikitnya 3 ahli biologi masa itu yang diantaranya Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.Francesco Redi (1626-1697) yang merupakan ahli Biologi dari Italia, membuktikan ketidakbenaran teori yang menyatakan kehidupan berasal dari benda mati. Pembuktian ini dilakukan dengan meletakan 3 kerat daging ke dalam 3 buah toples kaca dengan perlakuan berbeda. Toples kaca pertama diisi sekerat daging, lalu ditutup menggunakan penutup yang sangat rapat, toples ke dua ditutup menggunakan kain kasa, sedangkan toples ke dibiarkan tetap terbuka.
Setelah beberapa hari, perbedaan dari ke tiga toples tersebut sangat tampak. Dalam toples pertama tidak terdapat lalat atau belatung, toples ke dua terdapat belatung pada jaring kain kasa, tapi tidak ada belatung atau lalat pada daging, sedangkan dalam toples ke tiga, lalat dan belatung mengerubuti daging yang membusuk. Dari percobaan ini, Redi menarik kesimpulan bahwa
belatung dan lalat tidak mungkin sekonyong-konyong terbentuk dari daging yang membusuk saja, tetapi berasal dari telur lalat yang tertinggal pada daging dan kain kasa saat lalat hinggap. Dengan percobaan itu pula Redi menyatakan bahwa telur merupakan asal usul kehidupan (comne vivum ex ovo).
Lazzaro Spallanzani (1729-1799) yang juga merupakan ahli biologi
dari Italia, membuktikan ketidakbenaran teori abiogenesis dengan
menggunakan air kaldu yang diisikan pada dua buah labu erlenmeyer. Labu
pertama diisi air kaldu kemudian dibiarkan tetap terbuka, sedangkan labu
kedua diisi air kaldu, kemudian ditutup dengan rapat. Setelah beberapa
hari kemudian, air kaldu dalam labu pertama berubah menjadi keruh dengan
bau tidak enak, sedangkan air kaldu pada labu ke dua tidak mengalami
perubahan apapun. Dari percobaan tersebut, Spallanzani menarik
kesimpulan bahwa mikroba pembusuk yang membusukan air kaldu dalam labu
pertama bukanlah berasal dari air kaldu, melainkan dari mikroba yang
sebelumnya terdapat di udara yang masuk ke dalam labu. Buktinya, bila
labu ditutup rapat pembusukan air kaldu tidak terjadi. Dengan percobaan
itu pula Spallanzani menyatakan bahwa asal usul kehidupan dimulai dari telur (omne ovum ex vivum).
Louis Pasteur (1822-1895) yang merupakan ahli biologi Perancis,
membuktikan ketidakbenaran teori abiogenesis melalui eksperimen dengan
berbagai jenis jasad renik. Eksperimen dilakukan dengan meletakan air
kaldu yang sudah dipanaskan ke dalam tabung leher angsa (leher yang
meski corongnya terbuka tapi udara tidak bisa masuk). Air kaldu tersebut
didiamkan selama beberapa waktu namun bakteri tidak dapat
membusukannya. Baru setelah tabung dimiringkan hingga kaldu mencapai
ujung corong, bakteri pembusuk dapat membusukan air kaldu. Dengan
percobaan itu, Pasteur menyatakan bahwa asal usul kehidupan dimulai dari kehidupan sebelumnya (omne vivum ex vivum).
Dari hasil percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani, dan Pasteur itulah teori asal usul kehidupan berasal dari kehidupan (biogenesis) mulai berkembang, seiring dengan itu pula teori abiogenesis pun mulai ditinggalkan. Lebih lanjut, perkembangan tentang teori asal usul kehidupan juga diteliti melalui cabang ilmu alam lainnya seperti kimia
No comments:
Post a Comment